Bandung, 1 September 2025 – Forestra 2025, pertunjukan musik orkestra terbesar di Indonesia yang digelar di tengah hutan, sukses berlangsung pada 30 Agustus 2025 di Orchid Forest Cikole, Lembang–Bandung, dengan kehadiran lebih dari 6.000 penonton. Selain menampilkan 50 musisi Erwin Gutawa Orchestra bersama jajaran artis lintas genre seperti Reza Artamevia, Sal Priadi, hingga The SIGIT, Forestra tahun ini juga menghadirkan kembali Area Gema sebagai ruang interaktif dengan beragam program yang memperkaya pengalaman pengunjung sebelum memasuki panggung utama.

Area Gema dirancang sebagai tempat di mana penonton dapat mengikuti rangkaian aktivitas kreatif yang dikurasi secara khusus. Mulai dari obrolan musik bersama Vincent Rompies dan Soleh Solihun bersama Jay Subyakto, hingga diskusi wisata alam berkelanjutan bersama Greenpeace Indonesia dan Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia. Industri kreatif lokal pun turut mendapat sorotan melalui “Diskusi Panggung Musik Independen” bersama Kiki Ucup, Direktur Program Pestapora sekaligus pendiri Boss Creator; Iit Boit, pendiri Omuniuum yang menjadi pusat pergerakan budaya alternatif di Bandung; serta Vando, pendiri Microgram Entertainment yang konsisten membuka jalan bagi musisi independen menjangkau lebih banyak pendengar.

Percakapan seputar musik Independen memunculkan beragam perspektif dari para penggerak kreatif yang tak hanya menjaga nyala musik independen, tetapi juga menciptakan ruang gerak baru bagi seniman dari berbagai sudut nusantara. Dalam salah satu momen, Iit Boit menegaskan, “Buat musisi independen, ruang seperti Forestra sangat berharga. Mereka bisa mengeksplorasi musikalitasnya lebih jauh, bahkan berkesempatan berkolaborasi dengan maestro musik Indonesia seperti Mas Erwin Gutawa. Platform seperti ini memberi mereka kebebasan untuk menampilkan karya dengan cara yang autentik sekaligus menghadirkan pengalaman baru yang tidak bisa didapat di tempat lain. Justru di ruang-ruang seperti inilah musik independen bisa terasa paling hidup.”
Sejak awal, Forestra memang memberi ruang bagi musisi lokal untuk tumbuh, dengan banyak talenta dari Bandung dan sekitarnya yang tampil setiap tahun, mulai dari Rahmania Astrini, Burgerkill, hingga Isyana Sarasvati. Tahun ini, dukungan itu kembali terlihat lewat kehadiran band-band independen asal Bandung seperti The Panturas dan The SIGIT. Kehadiran mereka menegaskan peran Forestra dalam mendukung perkembangan ekosistem musik independen di mana tahun ini juga diperdalam melalui Area Gema untuk mengajak pengunjung terlibat langsung dalam percakapan seputar musik dan komunitas kreatif.

Menegaskan semangat itu, Kiki Ucup menambahkan, “Kehadiran berbagai diskusi di Forestra menjadi ruang yang sangat berarti, di mana para pelaku musik bisa berbagi pandangan dan pengalaman secara lebih dekat dengan penikmat Forestra 2025. Di sini kita bisa melihat bahwa musik tidak hanya hidup di panggung, tapi juga dalam percakapan yang membangun pemahaman dan kolaborasi. Sebagai bagian dari komunitas kreatif, saya berharap ruang seperti ini terus ada di pertunjukan musik seperti Forestra, sehingga penonton dapat mengenal proses kreatif tidak hanya lewat pertunjukan, tetapi juga dari perjalanan di baliknya.”
Melalui Area Gema, Forestra 2025 menunjukkan bahwa musik dapat dirayakan bukan hanya sebagai pertunjukan, tetapi juga sebagai perjalanan kreatif yang dapat dihidupi dan dibagikan bersama. Dengan cara ini, penonton diajak terlibat lebih dalam, menemukan arti baru dari sebuah pertunjukan musik, dan menyadari bahwa harmoni antara musik dan alam bisa terus tumbuh. Semangat ini akan terus berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya, untuk itu kami turut mengundang semua penikmat untuk kembali merasakan keajaiban yang sama di Forestra 2026.