Hutan Kita
Hutan hujan tropis Indonesia luasnya terbesar ketiga di dunia. Ia rumah beraneka tumbuhan dan satwa, sumber hidup masyarakat adat, dan benteng melawan krisis iklim. Namun deforestasi terus mengancam hutan Indonesia. Dan Tanah Papua dalam status bahaya menjadi target oligarki.
15 juta ha
Kehilangan tutupan hutan alam Indonesia dalam kurun 2001-2023 (Data KLHK dianalisis Greenpeace)
>20%
Daratan Papua dibebani izin ekstraktif berbasis lahan (Stop Baku Tipu: Sisi Gelap Perizinan di Tanah Papua)
2,13 juta ha
Luas kebakaran hutan dan lahan Indonesia tahun 2023 (Analisis Greenpeace)
Lemah Komitmen Lindungi Hutan
Pemerintah belum punya komitmen serius untuk melindungi hutan Indonesia dan menghentikan deforestasi. Padahal, deforestasi dan alih fungsi lahan yang terus-menerus terjadi jelas merusak lingkungan, ekosistem, menghilangkan keanekaragaman hayati, hingga merampas ruang hidup masyarakat adat dan masyarakat tempatan (Indigenous People and Local Communities).
Rezim pemerintahan berganti, nasib hutan kita tetap terancam. Pemerintahan baru punya gelagat untuk tetap membabat hutan demi proyek-proyek seperti food estate, yang sebenarnya sudah terbukti gagal, merusak lingkungan, dan menyengsarakan masyarakat terdampak.
Apa yang Kami Lakukan
Greenpeace menyadari pelindungan hutan Indonesia tidak terlepas dari kemauan politik para pemimpin. Masalahnya, pembuat kebijakan di Indonesia justru berelasi erat dengan oligarki yang berkepentingan mengeksploitasi hutan. Walhasil, perjuangan kita menjaga hutan amat berat. Namun, kami meyakini, bersama-sama kita mampu mengikis pengaruh dan kekuasaan oligarki.
Bersuara untuk penyelamatan hutan harus dibarengi dengan bersuara untuk demokrasi yang berpihak kepada publik–bukan kepada oligarki. Atas keyakinan akan pentingnya perjuangan bersama ini, kami terlibat dalam banyak gerakan beragam. Seperti mengedukasi publik saat Pilpres 2024, hingga menggelar camp untuk anak-anak muda yang ingin bergerak melawan perusakan lingkungan dan krisis iklim.