Gas fosil seringkali dikelilingi oleh istilah-istilah teknis yang membingungkan. Glosarium ini menjelaskan sejumlah konsep tersebut dengan bahasa yang lebih jelas dan mudah, jadi kamu bisa mengerti dengan tepat mengapa gas fosil berbahaya dan mengapa Asia Tenggara menjadi sasarannya.

A giant balloon bearing the message “Gas is green… washing” in the shape of planet Earth, flies over the parking area reserved for Gastech delegates attending the fair.
© Greenpeace / Lorenzo Moscia

Gas fosil

Gas fosil, terkadang disebut gas alam, merupakan bahan bakar fosil seperti batubara dan minyak. Terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan atau tulang belulang hewan yang mengendap jutaan tahun lalu. Komposisi utamanya adalah metana. Ketika gas fosil dibakar untuk dijadikan energi, akan menghasilkan karbon dioksida yang dapat mempercepat pemanasan planet Bumi.

Metana

Metana adalah bagian dari gas fosil yang paling berbahaya. Metana memiliki daya memanaskan 84 kali lebih kuat dari karbon dioksida selama dua puluh tahun penyebarannya di atmosfer. Bahkan kebocoran sedikitpun dapat menimbulkan dampak yang besar terhadap iklim.

Kebocoran metana terjadi dari waktu ke waktu pada sumur gas, jalur pipa, terminal LNG, dan fasilitas penyimpanan. Para ilmuwan telah mendeteksi kebocoran masif di seluruh dunia. Kebocoran tersebut dapat membuat gas fosil sama berbahayanya dengan batubara terhadap iklim, atau terkadang lebih buruk.

Liquefied natural gas (LNG)

LNG adalah gas fosil dalam bentuk cair yang telah melewati proses pendinginan sebelumnya. Proses ini membuat LNG mudah untuk dipindahkan melalui pelayaran jarak jauh, khususnya ketika diekspor dari beberapa negara seperti Qatar, Australia, dan Amerika Serikat ke kawasan Asia Tenggara. Pemindahan LNG melalui jalur laut membutuhkan terminal khusus, tempat penyimpanan, dan tanker besar.

LNG itu tidak bersih. Produksinya membutuhkan banyak sumber daya, harganya tidak stabil, dan rentan dipengaruhi dinamika dan ketegangan geopolitik. Pasokannya dapat terganggu oleh perang, penutupan jalur pelayaran, cuaca ekstrim, dan lonjakan permintaan dari negara-negara lain.

Mengapa perusahaan gas fosil menargetkan Asia Tenggara

Kebutuhan listrik meningkat pesat di Asia Tenggara. Di waktu yang sama, cadangan gas menurun dan penggunaan batubara perlahan ditinggalkan. Negara-negara pengekspor melihat ini sebagai peluang untuk menjerumuskan kawasan kita ke dalam kontrak LNG jangka panjang.

Mereka mempromosikan gas sebagai sumber energi yang bersih dan aman. Namun, LNG itu mahal, tidak stabil, dan terikat dengan pasar global. Ketidakstabilannya membuat rumah tangga dan pemerintah berisiko mengalami lonjakan harga dan kelangkaan.

Alternatif sesungguhnya

Tenaga surya dan angin melimpah ruah di kawasan Asia Tenggara. Sumber daya tersebut lebih murah, bersih, dan aman dibandingkan dengan gas fosil. Dengan kerja sama regional yang erat dan infrastruktur kelistrikan yang lebih baik, energi terbarukan dapat menyajikan daya yang stabil dan terjangkau tanpa risiko yang berkaitan dengan LNG.


Blog ini ditulis oleh Greenpeace Southeast Asia