Bagaimana perasaanmu ketika melihat laut yang dulunya penuh dengan fauna yang indah tetapi kini malah dipenuhi sampah? Miris, bukan? Begitu pula dengan Riska. Sejak kecil, laut sudah menjadi bagian hidupnya. Ia tumbuh dengan kenangan tentang pantai, ombak, dan aroma asin udara pesisir. Namun, ragam warna terumbu karang yang ia lihat dahulu, tak lagi sama. Menurut Forest Digest, kini sekitar 84% terumbu karang Indonesia rusak akibat pemutihan massal yang dipicu suhu laut yang semakin ekstrem. Saat itulah Riska benar-benar merasakan betapa besar perubahan yang sedang terjadi.
Saat dewasa, pandangannya semakin terbuka. Ia melihat bagaimana lingkungan di berbagai daerah di Indonesia menghadapi masalah yang jauh lebih rumit — bukan hanya sampah di lautan atau limbah industri, tetapi juga penangkapan ikan yang berlebihan, akses air bersih yang makin sulit, hingga kebijakan yang tidak berpihak pada keberlanjutan. Dan dari dekat, Riska melihat masyarakat berjuang sendirian menghadapi persoalan yang sebenarnya lahir dari sistem yang tidak memprioritaskan kelestarian sumber daya alam.
🎥Simak cerita dan inspirasi dalam aksi yang Riska lakukan
Pengalaman demi pengalaman itu membuat Riska bertanya pada dirinya sendiri: apa yang bisa kulakukan untuk ikut memperbaiki bumi yang sedang sakit ini? Pertanyaan itulah yang akhirnya mempertemukannya dengan Greenpeace, sebuah ruang untuk mengubah rasa peduli menjadi aksi.
Kenyataannya, banyak orang sudah merasakan sendiri dampak dari krisis lingkungan. Namun seiring tumbuhnya kesadaran, sering muncul kebingungan: dari mana harus memulai? Apa yang benar-benar bisa dilakukan? Maka dari itu, dibutuhkan ruang untuk belajar, bergerak, dan bertindak bersama agar aspirasi berubah menjadi aksi.
Menemukan Jalan untuk Bertindak
Sebagai salah satu penghuni bumi, Riska merasa perlu untuk bertindak dan menyuarakan isu-isu lingkungan yang kerap ia jumpai. Riska bersama dengan Greenpeace kerap menyuarakan berbagai isu melalui berbagai kampanye. Bukan hanya dengan kata-kata, tapi dengan data, fakta, dan tuntutan yang tegas. Baginya, nilai yang dipegang Greenpeace sejalan dengan prinsip hidupnya: bumi harus dilindungi, bukan dieksploitasi.
Meski tidak turun langsung ke lapangan, Riska memilih untuk mendukung gerakan ini dengan caranya sendiri. Setiap dukungan yang ia berikan bukan hanya sekedar angka, tapi sebuah dukungan dan harapan agar perubahan nyata dapat terjadi.
Donasi yang diberikan oleh Riska, dapat membantu masyarakat pesisir dan pekerja laut mendapatkan hak atas pekerjaan yang layak. Lebih dari itu, ia ikut mendorong perlindungan laut global dari operasi penangkapan ikan industri yang merusak ekosistem. Baginya, ini bukan hanya tentang laut, tetapi tentang kehidupan yang menggantungkan diri padanya.
Mari Melindungi Bumi Bersama
Kisah Riska menunjukkan bahwa siapapun bisa ikut berperan menjaga bumi. Dengan menjadi donor Greenpeace, kamu bisa membantu mewujudkan perubahan nyata: menghentikan deforestasi, melindungi laut dari pencemaran, dan mempercepat penggunaan energi terbarukan. Mari bergerak menjaga kawasan yang terancam dan memastikan bumi layak dihuni oleh generasi berikutnya dengan mendukung Greenpeace.
Keselamatan bumi tidak bisa ditunda. Terumbu karang kita memutih, laut kita tercemar, dan masih banyak pekerja laut Indonesia yang tereksploitasi di kapal asing yang merampas hasil laut negara kita. Pertanyaannya: sanggupkah kita membiarkan semua itu terus terjadi? Dengan bergabung bersama Riska dan ribuan orang lainnya, kamu ikut melindungi masa depan yang sedang terancam.
Jadilah donor Greenpeace hari ini.
Berdirilah bersama kami untuk memperkuat kampanye yang menjaga bumi tetap hidup. Jika kamu membutuhkan bantuan dalam proses donasi, tim Supporter Care Greenpeace Indonesia selalu siap membantu di [email protected].
Profil penulis:
*Hesti Permata Aulia adalah seorang mahasiswi tingkat akhir jurusan Ilmu Komunikasi dengan konsentrasi Jurnalistik dari Universitas Andalas yang sedang menjalankan program internship tahun 2025 di Greenpeace Indonesia.


