Bagaimana deforestasi dari perkebunan kelapa sawit mendorong harimau Sumatera menuju kepunahan.
Menurunnya populasi harimau Sumatra adalah indikasi hilangnya hutan, keanekaragaman hayati dan juga kestabilan iklim. Musim kemarau ini kebakaran besar yang disengaja maupun tidak, berkobar di Sumatra terutama di provinsi Riau dan menghancurkan ratusan ribu hektar hutan hujan – termasuk hutan lahan gambut dalam yang merupakan habitat terakhir harimau di provinsi ini. Kebakaran tersebut tercatat memecahkan rekor yang mengakibatkan terlepasnya gas rumahkaca (GRK) dan polutan dalam jumlah besar dimana kabut asapnya yang jauh hingga mencapai Thailand.
Menurut pemerintah Indonesia, 85% dari emisi GRK
negri ini berasal dari perubahan peruntukan lahan (terutama yang berkaitan dengan deforestasi untuk perkebunan atau pertanian), dan sekitar separuhnya berkaitan dengan lahan gambut. Bahkan habitat harimau Sumatra dalam wilayah lindung seperti Taman Nasional Tesso Nilo yang terkenal di dunia telah dihancurkan oleh perambahan untuk produksi minyak kelapa sawit ilegal, dan pejabat pemerintahpun mengakui bahwa perlindungan wilayah ini hanya ada di atas kertas.
Download Laporan (PDF):
- Bahasa: Izin untuk Memusnahkan
- English: Licence to Kill