Celukan Bawang, Bali, 24 Agustus 2019. Sebuah proyeksi gambar bertuliskan “Energi Surya Untuk Bali” ditembakkan dengan latar belakang PLTU, Celukan Bawang memeriahkan acara Summer Festival 2.0 yang berlangsung selama 3 hari di Celukan Bawang, Bali. Proyeksi ini merupakan sebuah pesan dari masyarakat Celukan Bawang kepada Gubernur Bali agar segera mewujudkan masa depan Bali dengan energi bersih.

Summer Festival 2.0 merupakan sustainable festival yang seluruh kegiatannya menggunakan 100% energi terbarukan dan bertujuan untuk menunjukkan bahwa pemanfaatan energi terbarukan sangatlah mudah dan dapat menjadi masa depan energi Bali. Inisiatif festival ini datang dari masyarakat Celukan Bawang, Bali yang telah merasakan dampak penggunaan energi kotor batu bara. PLTU batu bara Celukan Bawang tahap 1 yang beroperasi sejak 2015 telah meminggirkan penghidupan nelayan dan petani kelapa serta mencemari laut dan mengotori udara Bali.

Tahun 2018 lalu, perwakilan Masyarakat Celukan Bawang bersama Greenpeace Indonesia dan LBH Bali mengajukan gugatan terhadap izin lingkungan ekspansi PLTU Celukan Bawang yang dikeluarkan oleh gubernur sebelumnya. Namun meskipun sudah mengajukan kasasi hingga ke Mahkamah Agung, gugatan tersebut tetap ditolak.

Dengan Keputusan Kasasi MA tersebut, maka peran Gubernur Bali menjadi penentu untuk membatalkan ekspansi PLTU Celukan Bawang tahap dua. Ini sekaligus menjadi momentum bagi Gubernur Koster untuk membuktikan komitmennya kepada rakyat Bali menghentikan ekspansi PLTU batu bara dan beralih ke energi bersih.

Tanpa langkah cepat dari gubernur, ekspansi PLTU Celukan Bawang akan berlangsung dan Bali akan terjebak energi kotor batu bara selama puluhan tahun. Sementara di sisi lain, Bali memiliki potensi energi bersih dan terbarukan yang melimpah. Dengan menggunakan sistem permodelan pemetaan, dapat diketahui bahwa total potensi energi surya di Provinsi Bali dapat mencapai 113,436.5 GWh per tahun.

“Komitmen Gubernur ini harus segera diwujudkan, salah satunya dengan mencabut izin lingkungan dan memasukkan penghentian ekspansi PLTU Batu Bara di dalam Pergub Energi Bersih yang akan datang,” ujar Didit Wicaksono, Jurukampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia. “Gubernur harus memenangkan Bali untuk melakukan transisi energi dari batu bara ke energi terbarukan, demi masa depan lingkungan, masyarakat, pariwisata, dan ekonomi Bali yang lebih baik,” tutup Didit.

Bersamaan dengan penyelenggaraan festival, juga dirilis sebuah album berjudul Senandung Energi Bumi yang melibatkan 13 musisi indie tanah air, dan telah dirilis melalui platform digital seperti Joox, Spotify, dan iTunes.

“Sangat senang bisa bergabung dalam acara ini, selain musisi yang terlibat keren-keren, kegiatan ini juga membuktikan bahwa energi terbarukan sangat memungkinkan dan mudah untuk digunakan.”Ini telah dibuktikan oleh Greenpeace, dan semoga ini membawa pengaruh baik bagi kita semua masyarakat Indonesia,” terang Upi dari Tuan 13.

Catatan editor:

  1. Summer Festival akan diadakan di Celukan Bawang, Bali 23-25 Agustus 2019. Untuk mengikuti berita terbaru tentang festival ini silakan ikuti akun Instagram @summerfestival2.0
  2. Laporan Greenpeace tentang dampak PLTU Celukan Bawang dapat dilihat disini https://www.greenpeace.org/indonesia/publikasi/1176/pltu-celukan-bawang-meracuni-pulau-dewata/
  3. Briefer potensi energi matahari untuk Bali dapat dilihat disini https://www.greenpeace.org/indonesia/publikasi/1325/briefer-energi-ldari-matahari-untuk-bali/

Kontak media:

  • Didit Wicaksono, Jurukampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, +62 813-1981-5456
  • Satrio Swandiko, Jurukampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, +62 811-1701-504
  • Rahma Shofiana, Jurukampanye Media Greenpeace Indonesia, +62 8111-461-674

Link Foto : https://media.greenpeace.org/collection/27MZIFJ8U10T8