Vevey, Swiss, 17 Januari 2020. Nestlé baru saja mengumumkan bahwa mereka akan mulai beralih dari plastik baru (virgin plastic) ke plastik daur ulang yang aman bagi produk pangan. Kebijakan anyar itu disebut sebagai langkah untuk mempercepat pengembangan solusi pengemasan baru. Komitmen ini dikeluarkan menjelang pertemuan World Economic Forum yang akan berlangsung di Davos pada tanggal 21 hingga 24 Januari.

Menanggapi komitmen tersebut, Matthias Wüthrich, Jurukampanye Senior Greenpeace Swiss mengatakan: 

“Sangat menggembirakan bahwa Nestlé akhirnya berkomitmen untuk mengurangi ketergantungannya pada plastik baru dan mengakui bahwa ketergantungannya pada plastik yang berasal dari bahan bakar fosil berkontribusi terhadap perubahan iklim. Namun, mengurangi plastik sekali pakai seharusnya tidak berarti bahwa Nestlé beralih ke solusi palsu seperti material daur ulang dan beralih ke material lainnya. Jika Nestlé ingin berhenti mencemari dunia, ia harus mengakhiri ketergantungannya pada plastik.” 

“Komitmen Nestlé terhadap pengurangan merupakan sebuah langkah awal yang baik tetapi sangat penting perusahaan melakukan inovasi dan menginvestasikan USD 2 miliar untuk model bisnis baru, bukan hanya membeli plastik daur ulang. Nestlé harus memprioritaskan penggunaan kembali dan menghilangkan kemasan sekali pakai sekaligus, bukan malah mengandalkan daur ulang. Nestlé memiliki kesempatan untuk menunjukkan kepemimpinan yang nyata dan kami mendorong perusahaan untuk fokus kepada upaya penghapusan semua kemasan sekali pakai.”

Aksi Greenpeace bersama aliansi #BreakFreeFromPlastic di kantor pusat Nestlé Filipina di Makati City, menghadirkan monster plastik berbentuk ular yang terbuat dari sampah saset produk-produk Nestlé. Dalam aksi ini aliansi #BreakFreeFromPlastic membawa surat “suara masyarakat Filipina” yang mendesak Nestlé untuk lepas dari kemasan plastik sekali pakai yang membahayakan lingkungan, kesehatan manusia, kematian satwa, dan menimbulkan emisi gas rumah kaca,.

Sementara itu, Muharram Atha Rasyadi, Jurukampanye Urban Greenpeace Indonesia, menuturkan:

“Tahun lalu, Nestlé Indonesia mengumumkan komitmen penggunaan sedotan kertas untuk produk minumannya. Di tahun yang baru ini, perusahaan tersebut menelurkan sebuah komitmen baru, yang seharusnya memberikan angin segar bagi penyelesaian krisis sampah plastik. Sayangnya, komitmen terbaru Nestlé masih fokus pada daur ulang. Perusahaan seharusnya menyadari gerakan mengurangi ketergantungan terhadap plastik sekali pakai semakin menjamur di berbagai kota di Indonesia, dan perusahaan mestinya mulai ambil bagian untuk mengaplikasikan dan menyebarkan konsep penggunaan kembali dan isi ulang.”

Catatan:

[1] Nestlé adalah salah satu perusahaan pencemar plastik teratas berdasarkan temuan audit merek di seluruh dunia yang dilakukan oleh koalisi Break Free From Plastic dua tahun berturut-turut. Hasil lengkap di sini.

[2] Lembar fakta Greenpeace Swiss tentang Nestlé dan polusi plastik tersedia di sini

[3] Direktur Eksekutif Greenpeace International Jennifer Morgan akan menghadiri Pertemuan Tahunan World Economic Forum di Davos dan dapat diwawancarai.

Kontak media:

  • Muharram Atha Rasyadi, Jurukampanye Urban Greenpeace Indonesia, [email protected], telp 0811-1714-083
  • Ester Meryana, Jurukampanye Media Greenpeace Indonesia, [email protected], telp 0811-1924-090