Sorong Selatan, 26 September 2025. Dua tahun berselang, Forest Defender Camp kembali berlangsung di wilayah adat Tehit-Knasaimos, Kampung Sira, Distrik Saifi, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat Daya. Berbeda dari tahun 2023, bukan hanya Pemuda Adat dari 7 wilayah adat Papua yang menjadi peserta acara kemah kali ini. Perwakilan Masyarakat Adat dari Cekungan Kongo, Amazon dan Borneo juga ikut berbagi pengalaman di area kemah.
Forest Defender Camp hadir untuk memperkuat gerakan dan mengkampanyekan hak-hak Masyarakat Adat. Di samping itu, acara kemah ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk membangun solidaritas global. Desakan untuk memperjuangkan payung hukum yang mengakui hak-hak Masyarakat Adat dan akses langsung Masyarakat Adat terhadap pendanaan iklim juga terus digaungkan.
Menurut Nabot Sreklefat dari Komunitas Anak Muda Adat Knasaimos, kehadiran representasi dari semua wilayah adat se-Tanah Papua dan belahan dunia lain dapat saling menginspirasi. “Harapan sa dari kita pu kemah adat ini bisa ada rekomendasi yang kita bawakan secara nasional dan internasional,” katanya saat membuka Forest Defender Camp 2025.


Situasi krisis iklim dan keanekaragaman hayati yang saat ini terjadi secara bersamaan telah menjadi ancaman global bagi masa depan generasi muda. Sayangnya, suara generasi muda, terutama Pemuda Adat, masih sering diabaikan dalam pengambilan keputusan terkait masalah krisis iklim. Sebagai upaya untuk mengamplifikasi suara Pemuda Adat, Forest Defender Camp 2025 turut melaksanakan Forum Pemuda Adat Internasional, sebuah forum yang diikuti oleh perwakilan dari masing-masing wilayah adat dan para delegasi Pemuda Adat global.
Menurut Nathalia Kycendekarun Apurinã, Masyarakat Adat Amazon yang berpartisipasi dalam forum ini, hutan hujan di lintang khatulistiwa dan orang-orang yang melindunginya merupakan fondasi kehidupan di Bumi yang telah menopang kehidupan kita dengan suplai udara, air, dan stabilitas iklim. Baginya, Pemuda Adat memiliki komitmen yang tak tergoyahkan, yakni untuk melindungi tanah adat, menghormati warisan leluhur, dan memastikan masa depan bagi keturunannya. “Krisis iklim menuntut semua orang—pemerintah, pelaku bisnis, dan organisasi internasional—untuk bergabung dengan kami. Solusinya ada dan berakar pada pengetahuan tradisional kita dan hubungan kita dengan alam. Waktunya untuk bertindak adalah sekarang. Untuk menjaga planet ini tetap bertahan, Cekungan Kongo, Amazon, Borneo, dan Se-Tanah Papua harus tetap hidup. Umat manusia mencari jawaban, tetapi jawabannya selalu ada di sini. Jawabannya adalah kita,” tegas Komunikator untuk Koordinasi Organisasi Adat Amazon Brasil (COIAB) ini.
Melalui proses diskusi yang panjang, Forum Pemuda Adat Internasional ini akhirnya telah menyepakati sebuah seruan dari Pemuda Adat global bagi para pemimpin dunia untuk menjaga iklim global yang dicatatkan dalam Deklarasi Sira. Deklarasi ini mencakup poin-poin tuntutan global yang merefleksikan tantangan yang sama-sama dihadapi oleh Masyarakat Adat di Cekungan Kongo, Amazon, Borneo, dan Tanah Papua.
Di bawah ini adalah preambul Deklarasi Sira yang dibacakan Rossyana Kogoya, salah satu peserta Forest Defender Camp:
Deklarasi Sira
Deklarasi Pemuda Adat Global
dari Cekungan Kongo, Amazon, Borneo, dan Se-Tanah Papua
Deklarasi ini dibuat oleh 89 perwakilan Masyarakat Adat yang berkumpul di Kampung Sira, Distrik Saifi, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat Daya, Wilayah Adat Tehit Knasaimos, mewakili komunitas dan masyarakat adat dari lima negara di empat wilayah, pada acara Forest Defender Camp yang diselenggarakan pada 23–26 September 2025.
Kami, para Pemuda Adat dari empat kawasan hutan tropis terbesar di dunia—Cekungan Kongo, Amazon, Borneo, dan Se-Tanah Papua —berbicara hari ini dengan satu suara.
Kami adalah Pemuda Adat, pembawa pengetahuan leluhur, dan pelindung sistem kehidupan yang menopang bukan hanya masyarakat kami, tetapi seluruh planet.
Kiki Taufik, Kepala Kampanye Global Greenpeace untuk Hutan Indonesia, berharap deklarasi ini dapat mengantarkan suara penjaga hutan yang sesungguhnya–Masyarakat Adat–ke gelaran Conference of the Parties ke-30 atau COP30 di Belem, Brazil bulan November yang akan datang. “Suara yang akan sampai ke telinga para pemimpin dunia nanti adalah suara para Pemuda Adat yang menjadi kunci masa depan Bumi,” tandas Kiki.
Catatan Editor:
Baca tuntutan Deklarasi Sira selengkapnya di sini.
Foto dan video dapat diunduh di tautan berikut:
Kontak Media:
Amos Sumbung, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, +62811486327
Agnes Alvionita, Tim Komunikasi Greenpeace Indonesia, +62-858-1028-8575