Dengan pembatasan akibat Covid yang sekarang sudah mulai dilonggarkan, tidak ada waktu yang lebih baik untuk keluar dan #BerbagiKota. Dengan perayaan Hari Sepeda Sedunia dan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh di bulan Juni ini, mengapa tidak merayakan berbagai cara untuk menikmati semua yang ditawarkan kota.

Pengendara sepeda di jalanan sibuk Jakarta © Adhi Wicaksono / Greenpeace

Berikut adalah berbagai ide untuk kamu menikmati kota dengan cara yang aman, sosial dan ramah lingkungan:

Naiki sepedamu!

Apa cara yang lebih baik untuk menjelajahi kotamu selain bersepeda dan bergerak? Dan kamu tidak perlu memiliki sepeda sendiri untuk melihat pemandangan kotamu dengan roda dua. Sebagian besar kota sudah memiliki skema sewa di mana kamu bisa menyewa sepeda untuk waktu sebentar maupun lama. Cari tahu lokasi penyewaan terdekat dan sewa sepeda selama yang kamu perlukan. Unduh peta rute bersepeda dan temukan tempat tidak terduga di kotamu. 

Jangan bersepeda sendiri! Bersepeda adalah aktivitas sosial. Berkumpul dengan teman, berpiknik, dan menyewa sepeda untuk pengalaman kota yang unik di mana kamu dapat berkomunikasi dengan satu sama lain dan juga alam.

Dengan bersepeda, manusia maupun planet sama-sama diuntungkan. Mulai dari manfaat kesehatan yang didapatkan pikiran dan tubuh dari kegiatan olahraganya, sampai manfaat transportasi dengan berpindah tempat dari A ke B tanpa mencemari planet ini, semua orang adalah pemenangnya!

Dua roda lebih baik dari empat roda. Tinggalkan mobilmu dan mulai mengayuh!

Berjalan-jalan

Apa cara yang lebih baik untuk lebih dekat ke alam selain untuk menjelajahi lingkunganmu dengan berjalan kaki? 

Tidak hanya mendorong sirkulasi dan membantu menjernihkan pikiran seperti halnya bersepeda, tapi berjalan juga memungkinkan kamu untuk melihat, merasakan dan menjadi bagian dari alam dengan cara yang tidak dimungkinkan oleh bentuk mobilitas lainnya. Berjalanlah selambat yang kamu suka sambil merasakan kedamaian dan ketenangan di lingkungan alam serta mengagumi keanekaragaman hayati.

Sekali lagi, lakukan ini dengan orang-orang terdekatmu. Cari peta rute berjalan di daerahmu untuk menemukan tempat yang belum pernah kamu temukan sebelumnya (dan juga menjelajahi ulang tempat yang lebih kamu kenal). Benar-benar lepaskan dirimu dari hiruk pikuk kota dan menjadi satu dengan alam.

Pergi lebih jauh

Dan bepergian dengan kereta! Krisis iklim dan ekologi yang terjadi sekarang mendesak perubahan desain secara radikal tentang bagaimana kita bergerak di sekitar kota kita. Kereta adalah masa depan. Kereta itu efisien, ramah lingkungan, dan membawamu ke tempat yang kamu tuju tanpa repot.

Lewati antrian di bandara dan tinggalkan kerumitan dalam penerbangan jarak dekat. Hindari kemacetan dan rasa frustasi berada di jalan raya. Gunakan kereta untuk petualanganmu selanjutnya dan nikmati perjalanan sebagaimana kamu menikmati tempat tujuan.

Untuk membantu merencanakan perjalananmu selanjutnya dengan kereta, lihat bantuan sumberdaya dan alat dari Back on Track di sini.

Bagikan dan berbagi dengan yang sama

Menggunakan kendaraan listrik bersama dengan berbagi dan berkelompok (“berbagi mobil”) atau menggunakan taksi elektrik adalah cara yang baik untuk berkeliling kota kalau bersepeda, berjalan, dan kendaraan umum tidak bisa menjadi pilihan. Mobilitas bersama berarti lebih sedikit mobil, lebih sedikit membutuhkan tempat parkir, dan lebih banyak ruang untuk manusia dan alam.

Buat suaramu didengar

Diperkirakan bahwa secara rata-rata mobil hanya digunakan 5% dari keseluruhan waktu, tapi mobil dan van bertanggung jawab atas bagian terbesar dari emisi rumah kaca akibat transportasi. Menempatkan manusia dan alam (bukan mobil) dari rencana transportasi urban tidak hanya akan mengubah kehidupan kota, tapi juga akan membantu menjaga iklim.

Pengendara sepeda di Bundaran Hotel Indonesia di Jakarta © Afriadi Hikmal / Greenpeace

Pemerintah daerah dan pusat harus membuat ulang desain mobilitas urban untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan memprioritaskan berjalan kaki, bersepeda, dan transportasi umum dan transportasi bersama. Dan juga berinvestasi untuk pengembangannya. Ini yang bisa kamu lakukan untuk memastikan mereka melakukannya:

Berorganisasilah dengan komunitasmu untuk masalah yang penting untukmu dan bermanfaat untuk manusia dan alam, bukan untuk mobil dan perusahaan. Bicaralah dengan perwakilan daerahmu dan berkampanye untuk memperbanyak serta memperluas zona bebas mobil. Tuntut kondisi yang lebih aman untuk pesepeda dan pejalan kaki. Hanya karena kamu tinggal di kota, bukan berarti kamu tidak berhak atas akses ke ruang hijau dan alam berkualitas tinggi. Lebih sedikit lahan untuk mobil berarti lebih banyak lahan untuk manusia. Kota bebas mobil adalah kota sosial.

Greenpeace bekerja menuju masyarakat yang lebih egaliter dan ramah lingkungan. Untuk mencapai tujuan ini, kita membutuhkan revolusi nyata dalam sistem transportasi.

Semua orang perlu memiliki akses ke sistem mobilitas yang bersih, terdekarbonasi, berkelanjutan, aman, dan universal yang dapat diakses dan terjangkau untuk semua. Juga mendorong hubungan antara komunitas dan alam. Itulah #Mobility4All.

Ikuti kampanyenya!

Ikuti tagar #Mobility4All dan mari bekerja menuju transformasi kota yang radikal dengan menuntut tindakan untuk:

  • Pusat kota yang bebas mobil dan atau zona rendah emisi
  • Transportasi umum yang lebih baik, seperti beralih ke elektrik, angkutan yang lebih banyak dan lebih sering, lebih terjangkau, dan lebih aman
  • Dukungan yang lebih baik untuk mobilitas bersama (dari berbagi sepeda sampai berbagi mobil)
  • Infrastruktur bersepeda dan berjalan kaki yang lebih baik
  • Lebih banyak ruang terbuka hijau

Sylvia Arthur adalah Communications Lead untuk Mobility For All

# Mobility4All bekerja sama dengan Hack Your City untuk mempromosikan manfaat mobilitas alternatif untuk kehidupan kota yang lebih baik bagi semua penduduk kota, apapun latar belakang atau status sosial ekonomi mereka.

Aksi foto Solusi Tanpa Polusi oleh Greenpeace Indonesia untuk mempromosikan penggunaan sepeda sebagai solusi transportasi tanpa polusi di Jakarta © Jurnasyanto Sukarno / Greenpeace