Independence Day in IKN, East Kalimantan. © Jurnasyanto Sukarno / Greenpeace
Aktivis Greenpeace membentangkan banner saat aksi damai kreatif di Jembatan Pulau Balang, Kalimantan Timur, yang menjadi pintu masuk ke area IKN, pada 17 Agustus 2023. Aksi damai bersama koalisi masyarakat sipil di Kalimantan Timur ini untuk menyuarakan keresahan akan dampak pembangunan IKN yang merusak lingkungan hidup dan meminggirkan Masyarakat Adat dan lokal.
© Jurnasyanto Sukarno / Greenpeace

Tanggapan Greenpeace Indonesia atas kiriman bangkai ayam ke rumah Manajer Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia

Jakarta, 30 Desember 2025. Rumah Manajer Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Iqbal Damanik, mendapat kiriman bangkai ayam pada Selasa, 30 Desember 2025. Bangkai ayam itu ditemukan di teras rumah pada Selasa pagi, tanpa pembungkus apa pun.

Di kaki ayam tersebut terikat plastik berisi kertas bertuliskan pesan “JAGALAH UCAPANMU APABILA ANDA INGIN MENJAGA KELUARGAMU, MULUTMU HARIMAUMU”.

Pada Selasa dini hari, Iqbal memang sempat mendengar suara ‘gedebuk’ di teras rumahnya. Namun, baru sekitar pukul 05.30 WIB, anggota keluarga Iqbal menemukan bangkai ayam tersebut. Iqbal kemudian memeriksa sambil mendokumentasikan kiriman tersebut.

Kepala Greenpeace Indonesia, Leonard Simanjuntak, menduga kiriman ini sebagai bentuk teror terhadap kerja-kerja Iqbal Damanik sebagai pengkampanye Greenpeace. Apalagi, ada pola teror serupa yang juga menimpa masyarakat sipil, jurnalis, dan pegiat media sosial dalam beberapa waktu belakangan. Lewat media sosialnya, disjoki asal Aceh, DJ Donny, mengabarkan bahwa ia pun mendapat kiriman bangkai ayam. Selain DJ Donny, pemengaruh dan kreator konten asal Aceh, Sherly Annavita, mengunggah kabar tentang vandalisme di mobil pribadi serta kiriman sekantung telur busuk ke tempat tinggalnya. Seperti Iqbal, keduanya juga menerima surat bernada mengancam.

“Sulit untuk tak mengaitkan kiriman bangkai ayam ini dengan upaya pembungkaman terhadap orang-orang yang gencar menyampaikan kritik atas situasi Indonesia saat ini. Ada satu kemiripan pola yang kami amati, sehingga kami menilai ini teror yang terjadi sistematis terhadap orang-orang yang belakangan banyak mengkritik pemerintah ihwal penanganan bencana Sumatera,” kata Leonard.

Belakangan ini, Iqbal Damanik melalui akun media sosial pribadinya kerap menayangkan unggahan tentang banjir Sumatera dan respons pemerintah dalam menangani bencana tersebut. Sejumlah juru kampanye Greenpeace juga banyak bersuara lewat wawancara media maupun media sosial. Berbagai pernyataan tersebut berangkat dari temuan tim yang pergi ke lapangan pascabencana, serta temuan dan analisis Greenpeace. Namun dalam beberapa hari terakhir, Iqbal banyak menerima serangan di kolom komentar unggahan media sosialnya, juga pesan bernada ancaman lewat direct message Instagram.

“Kritik publik, termasuk pengkampanye kami, terhadap cara pemerintah menangani banjir Sumatera ini sebenarnya lahir dari keprihatinan dan solidaritas terhadap para korban. Apalagi di balik banjir Sumatera ini ada persoalan perusakan lingkungan, yakni deforestasi dan alih fungsi lahan yang terjadi menahun, yang terjadi atas andil pemerintah juga. Belum lagi pemerintahan Prabowo malah akan membuka jutaan hektare lahan di Papua, yang bakal merugikan Masyarakat Adat dan memperburuk dampak krisis iklim,” ujar Leonard.

Greenpeace Indonesia mengecam maraknya upaya teror terhadap masyarakat sipil, mulai dari aktivis, jurnalis, hingga pegiat media sosial. Kritik publik mestinya tak diperlakukan sebagai ancaman, melainkan ekspresi demokrasi dan pengingat bagi kekuasaan untuk tetap akuntabel. Kebebasan berbicara merupakan hak yang dijamin dalam konstitusi. “Upaya teror tak akan membuat kami gentar. Greenpeace akan terus bersuara untuk keadilan iklim, HAM, dan demokrasi,” tutup Leonard. [SELESAI]

Kontak Media:

Leonard Simanjuntak, Kepala Greenpeace Indonesia, [email protected]