
Belém, 20 November 2025. Mendekati hari-hari terakhir konferensi iklim PBB COP30 di Belém, Brasil, pemerintah Indonesia tak kunjung menunjukkan gelagat untuk memperkuat komitmen iklimnya–seperti yang diklaim Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol seusai bertemu dengan sejumlah perwakilan organisasi masyarakat sipil pada pekan lalu.
Saat lebih dari 80 negara mendorong adanya kerangka kerja dalam Global Mutirão[1] untuk keluar dari energi berbahan bakar fosil (fossil fuel phase out roadmap), Indonesia justru absen. Dalam proses negosiasi di COP30, pemerintah Indonesia juga anyep bicara tentang rencana kerja kehutanan untuk menghentikan deforestasi. Padahal, dua langkah tersebut merupakan kunci utama untuk mengurangi emisi gas rumah kaca penyebab krisis iklim dan melindungi keanekaragaman hayati.
Koordinator Aliansi Rakyat untuk Keadilan Iklim (Aruki), Torry Kuswardono, mengatakan, “Komitmen iklim dan negosiasi Indonesia tertinggal jauh dibandingkan negara-negara kepulauan kecil dalam Alliance of Small Island States (AOSIS). Bahkan Kolombia, negara yang sebetulnya cukup tergantung dengan energi fosil, juga punya komitmen untuk mendorong transitioning away from fossil fuels. Tak seperti mereka, Indonesia tidak punya proposal untuk menyelamatkan dunia dari krisis iklim. Yang keluar dari Indonesia justru proposal untuk menyelamatkan bisnis karbon dalam negeri yang cuma akan menguntungkan segelintir orang. Ini sungguh mengecewakan.”
Ketua Tim Politik untuk Solusi Hutan Global Greenpeace, Rayhan Dudayev, mengatakan, “Beberapa hari lalu Indonesia aktif dalam negosiasi pasal terkait dengan skema tukar guling karbon. Ini menunjukan Indonesia sebenarnya bisa berperan dalam negosiasi iklim. Namun sayang sekali peran itu tidak muncul dalam negosiasi untuk mendorong solusi nyata aksi iklim seperti rencana pensiun bahan bakar fosil dan rencana menghentikan deforestasi. Hal-hal tersebut memang tidak mudah dalam negosiasi COP. Namun Indonesia bisa pula mengajak masyarakat sipil untuk bersama-sama mendorong aksi iklim yang nyata. Di waktu yang tersisa dua hari ini, kita akan melihat apakah Indonesia akan mengambil peran penting untuk aksi iklim atau hanya menjadi penonton.” [SELESAI]
[1] Frasa yang diadopsi oleh Presidensi COP30 dari bahasa Tupi-Guarani, berarti “upaya kolektif”.
Kontak Media:
Budiarti Putri, Juru Kampanye Komunikasi Greenpeace Indonesia, +62 811-1463-105


