Jakarta, 6 Desember 2025 – Krisis iklim kini bukan lagi jadi sekadar masalah lingkungan, tapi juga ekonomi dan sosial. Banjir yang melanda tiga provinsi di Sumatera akhir November lalu diperkirakan mengakibatkan kerugian ekonomi nasional sebesar Rp 68,67 triliun dan berpotensi menimbulkan kerugian potensial lebih dari Rp. 200 Triliun, sementara ratusan orang tewas dan masih hilang hingga hari ini.
Sayangnya, dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan dari krisis iklim masih jarang jadi perhatian. Tak hanya menimbulkan kerugian harta dan nyawa, krisis iklim juga berpotensi melebarkan ketimpangan sosial dan ekonomi.
Untuk meningkatkan kesadaran akan dampak sosial dan ekonomi yang timbul akibat krisis iklim bagi generasi muda, Greenpeace Indonesia berkolaborasi bersama The Brandals melalui single terbaru mereka berjudul “Jari Kasar”. Kolaborasi ini memanfaatkan kekuatan musik sebagai medium artistik untuk mengkampanyekan keadilan iklim dan ekonomi bagi generasi muda Indonesia.

Dok. The Brandals
Eka Annash, Vokalis The Brandals, mengatakan lagu “Jari Kasar” lahir dari keresahan terhadap kondisi ekonomi dan sosial Indonesia yang semakin timpang di tengah krisis iklim yang semakin parah.
“Orang kaya semakin kaya, sementara yang miskin semakin dalam masuk ke lubang kemiskinan akibat kerakusan orang kaya yang mengambil tanah dan membabat hutan demi keuntungan pribadi mereka. Di saat yang sama, para pekerja semakin diperah di tengah cuaca yang semakin ekstrem atas nama produktivitas yang sebenarnya hanya menguntungkan para pemilik modal,” kata Eka dalam diskusi panel di acara RIMARAYA, sebuah acara multi-format yang memadukan pameran seni, workshop lingkungan, diskusi panel, dan pertunjukan musik.
Ia melanjutkan, “Keresahan inilah yang kami tuangkan dalam lagu ‘Jari Kasar’ untuk menyadarkan pendengar kami bahwa para pekerja, rakyat kecil, dan generasi muda harus melawan ketidakadilan ini demi masa depan yang lebih baik.”
Juru Kampanye Keadilan Iklim Greenpeace Indonesia Jeanny Sirait menambahkan, krisis iklim saat ini bukan lagi jadi masalah lingkungan semata, tapi juga punya dampak lain bagi kehidupan manusia, mulai dari makanan, tempat tinggal, hingga pekerjaan.
“Panas ekstrem dan curah hujan tinggi tak hanya buruk bagi alam dan lingkungan, tapi juga manusia. Cuaca ekstrem akan membuat gagal panen semakin sering, membuat harga makanan naik tajam dan meningkatkan biaya hidup. Bencana seperti banjir dan longsor merusak bahkan menghilangkan tempat tinggal, serta merusak jalan dan jembatan yang jadi akses pekerja,” kata Jeanny.
Dampak tersebut, menurutnya, bukan lagi angan-angan tapi sudah kita alami sehari-hari. Sayang, masih banyak yang belum sadar bahwa dampak tersebut disebabkan oleh krisis iklim.
Jeanny melanjutkan, krisis iklim yang terjadi saat ini sebagian besar disebabkan oleh kerakusan manusia yang kerap mengeksploitasi sumber daya alam demi keuntungan pribadi.

© Lutfi Fawwaz / Greenpeace
“Longsor dan banjir di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat bukan semata-mata dipicu oleh faktor alam, melainkan akibat dari kerakusan manusia. Jutaan hektar hutan dibabat demi cuan buat para oligarki, sementara alam dan rakyat kecil dieksploitasi sampai titik penghabisan,” ujarnya. “Pada akhirnya, sifat rakus ini hanya menguntungkan orang kaya dan membuat rakyat biasa semakin rentan pada dampak krisis iklim.”
Tentang RIMARAYA
RIMARAYA membuktikan bahwa sebuah acara dapat menjadi lebih dari sekadar pertunjukan musik, tapi juga menyadarkan pengunjung akan dampak krisis iklim. Gelaran memiliki segmen Experience yang mengajak pengunjung untuk terlibat melalui ruang interaktif berisi pameran visual yang menampilkan berbagai hasil visual kampanye sosial-ekonomi Greenpeace Indonesia. Antusiasme juga terlihat di berbagai workshop ramah lingkungan seperti melukis botol bekas, konsultasi lingkungan bersama aktivis Greenpeace lewat program Kepo Lingkungan (KepLing), dan permainan edukatif bertema plastik.
Acara ini juga memiliki segmen Conversation yang menampilkan diskusi antara Eka Annash dari The Brandals dan Jeanny Sirait, Juru Kampanye Greenpeace Indonesia, yang membahas tentang dampak krisis iklim bagi masyarakat dan pekerja untuk membuka perspektif baru tentang isu lingkungan, ekonomi, dan sosial. RIMARAYA pun memiliki segmen Performance yang menampilkan penampilan apik dari The Brandals dan The Jansen yang menunjukkan bahwa musik mampu menjadi medium perlawanan dan perubahan.
Kontak Media:
Jeanny Sirait, Juru Kampanye Keadilan Iklim, Greenpeace Indonesia, +62 858-1042-3390Riska Rahman, Communications Specialist Greenpeace Indonesia, +62 821-1456-2039


