Tanggapan Greenpeace tentang pembahasan untuk meningkatkan penggunaan bioenergi hingga empat kali lipat di COP30 (Belém 4x Pledge)

Greenpeace Indonesia’s Forest Campaigner Refki Saputra, shows a GPS coordinate of forest clearance and sugarcane plantation development in PT. Global Papua Abadi (GPA) in Senayu village, Sermayam district, Merauke regency, South Papua province on September 18, 2025. © Ulet Ifansasti / Greenpeace

Belém/Jakarta, 14 November 2025. Greenpeace International bergabung dengan Climate Action Network (CAN)[1]–yang beranggotakan lebih dari 1.900 organisasi masyarakat sipil dari seluruh dunia–untuk menolak apa yang disebut “Belém 4x Pledge” atau inisiatif untuk meningkatkan penggunaan biofuel hingga empat kali lipat dalam satu dekade mendatang. Ekspansi biofuel telah terbukti mengancam hutan, pangan, masyarakat adat dan komunitas lokal serta target-target iklim. Biofuel merupakan solusi palsu untuk mengatasi krisis energi dan iklim. 

Kepala Kampanye Solusi untuk Hutan Global Greenpeace, Syahrul Fitra, mengatakan, “Peningkatan biofuel jelas akan mengancam keberadaan dan wilayah Masyarakat Adat, maupun hutan alam tersisa serta meningkatkan potensi kebakaran hutan dan lahan gambut. Tanpa adanya Belém 4x Pledge ini pun, pemerintah Indonesia sudah berniat mengorbankan hutan untuk proyek-proyek energi seperti biodiesel dan bioetanol. Inisiatif Belém 4x Pledge ini hanya akan jadi legitimasi penghancuran hutan alam dan merampas wilayah Masyarakat Adat di Indonesia atas nama energi hijau, padahal biofuel jelas-jelas merupakan solusi palsu.”

Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Refki Saputra, menambahkan, “Proyek Strategis Nasional (PSN) kebun tebu dan bioetanol di Merauke adalah salah satu contoh teranyar bagaimana ‘bioenergi’ menghancurkan hutan dan merampas hak-hak Masyarakat Adat. Menurut perhitungan kami, pembukaan lahan seluas 560.000 hektare vegetasi alami dapat menghasilkan emisi setara dengan 221 juta ton CO₂.[2] atau setara 48 juta emisi mobil dalam setahun.[3] Ini jelas sudah cukup membuat target iklim Indonesia yang disampaikan di COP30 Belém menjadi mustahil dicapai.[4]

Make Food Not Fuel - Photo OP in Austria. © Mitja  Kobal / Greenpeace
Photo OP in the sunflower and corn fields in Austria to build awareness regarding the use of crops as biofuels. © Mitja Kobal / Greenpeace

“Contoh lebih lanjutnya adalah area seluas 380.000 hektare di Kabupaten Merauke dan Boven Digoel yang baru saja ditetapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan,[5] untuk memproduksi bahan bakar biodiesel B50. Jika dikonversi, lanskap tersebut akan melepaskan emisi setara 162 juta ton gas CO₂ ke atmosfer.”[2]

Catatan:

[1] COP30: CAN Rejects Belém 4X Pledge on Sustainable Fuels as Credible Pathway to Just Transition – Climate Action Network 

[2] Angka-angka ini diperoleh dengan menghitung cadangan biomassa di atas dan di bawah tanah untuk berbagai jenis vegetasi (berdasarkan peta tutupan lahan) yang kemudian dikonversi menjadi setara CO₂ sesuai dengan metode pemerintah Indonesia.

[3] Berdasarkan estimasi 4.6t CO₂ per mobil per tahun.

[4] Berdasarkan skenario LCCP_L yang tercantum dalam Tabel 1 dari NDC Kedua Indonesia (2025).

[5] Dalam presentasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Pangan pada tanggal 29 September 2025. 

Kontak Media:

Syahrul Fitra, Juru Kampanye Hutan Senior Greenpeace Indonesia, +62 811-6611-340

Budiarti Putri, Juru Kampanye Komunikasi Greenpeace Indonesia, +62 811-1463-105