A young oil palm plantation on peatland.

Pada 22 Agustus 2019, Greenpeace memutuskan menarik diri dari keterlibatan dengan Wilmar, Unilever, dan Mondelez untuk mendirikan platform pemantauan deforestasi, atas kegagalan berulang mengambil tindakan yang diperlukan untuk menindaklanjuti komitmen mereka dalam target ‘nol deforestasi.’ Keterlibatan untuk mengembangkan platform pemantauan deforestasi dimulai setelah Pernyataan Bersama Wilmar, Unilever dan Mondelez pada tanggal 7 Desember 2018 di mana mereka menyampaikan akan memdirikan platform pemantauan deforestasi multi-pemangku kepentingan yang kuat, transparan, dan independen untuk industri sawit.

Ketika Pernyataan Bersama dikeluarkan, Greenpeace mendukungnya sebagai upaya terobosan dalam menghilangkan deforestasi dari rantai pasokan minyak sawit, jika bisa diterapkan. Pernyataan Bersama tersebut muncul setelah masa kampanye yang intensif pada tahun 2018 di mana Greenpeace mengekspos hubungan deforestasi dalam rantai pasokan perusahaan-perusahaan multinasional, termasuk Mondelez (Oreo & Cadbury), Unilever (Dove & Magnum) dan Wilmar. Keadaan darurat iklim menuntut tindakan segera dan transformatif. Sebab itu, Greenpeace mendedikasikan kapasitas dan sumber dayanya untuk diskusi-diskusi pengembangan platform pemantauan tersebut, demi menanggapi ajakan serius untuk berkolaborasi dari perusahaan-perusahaan tersebut.

Elemen-elemen prinsip yang menurut Greenpeace perlu ada pada  platform tersebut adalah:  

  • Transparansi: sebuah jadwal waktu dan proses terperinci untuk membuat peta konsesi dan menyediakan data lain, menentukan jenis data, serta batas waktu untuk pengungkapan dan kepada siapa mereka akan hal ini dibuat transparan.
  • Definisi Grup: indikator yang jelas dan terstandarisasi untuk menentukan apakah konsesi tertentu harus diperlakukan sebagai bagian dari entitas perusahaan yang lebih besar atau ‘grup’ dan secara minimal berdasar pada definisi Accountability Framework Initiative (AFI).
  • Kelompok Pengarah: badan tata kelola yang mencakup organisasi masyarakat sipil dan pemangku kepentingan lainnya, dengan mandat pengawasan terhadap pengembangan dan implementasi platform tersebut.
  • Independensi: platform akan dikelola oleh lembaga independen di yurisdiksi netral, bebas dari potensi konflik kepentingan (seperti kontrak penasihat atau advokasi) dan mengikuti praktik pra-persaingan.

Meski terdapat dukungan terhadap beberapa elemen-elemen prinsip di atas, namun telah terjadi kegagalan pada pihak perusahaan-perusahaan tersebut dalam mencapai kesepakatan yang jelas terkait elemen-elemen iniHal ini membuat Greenpeace terpaksa mundur karena kurangnya keseriusan perusahaan-perusahaan untuk membersihkan rantai pasokan mereka dari deforestasi, eksploitasi lahan gambut, eksploitasi pekerja (NDPE) pada akhir 2019. Tidak hanya itu, Greenpeace melihat melemahnya komitmen perusahaan untuk menerapkan Pendekatan Stok Karbon Tinggi (HCSA/High Carbon Stock Approach) dalam rantai pasokan mereka, merepresentasikan  kegagalan keseluruhan industri untuk melakukan reformasi.

Kita kehabisan waktu dan sangat membutuhkan pemimpin bisnis, politik dan organisasi nirlaba yang bersedia bertindak secara kolektif dengan keberanian yang besar untuk mengatasi krisis iklim global yang termanifestasi pada  es yang mencair, naiknya permukaan laut, naiknya suhu dan hutan terbakar di seluruh planet ini seperti di Amazon dan Indonesia. Greenpeace tetap berkomitmen untuk segera mengakhiri deforestasi yang terkait dengan komoditas utama seperti minyak sawit. Menurut laporan IPCC baru-baru ini, penggunaan lahan, termasuk deforestasi, menyumbang 23% dari emisi gas rumah kaca. Perusahaan seperti Wilmar, Unilever dan Mondelez harus berhenti membeli dari pemasok apa pun yang terkait dengan deforestasi. Greenpeace akan terus menyerukan agar perusahaan-perusahaan ini membangun platform pemantauan deforestasi multi-pemangku kepentingan yang kuat, independen dan transparan untuk industri sawit. Kita harus memastikan bahwa komoditas mereka bebas deforestasi, dan membuatnya bertanggung jawab atas apa yang telah mereka janjikan. Semua perusahaan harus memfokuskan kembali dan memenuhi komitmen mereka untuk mengakhiri deforestasi pada tahun 2020.

Kontak:

  • Annisa Rahmawati, Jurukampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Tel 62-811-1097-527 , email [email protected].
  • Rully Yuliardi Achmad, Jurukampanye Media Greenpeace Indonesia, Tel 62- 811-8334-409, email [email protected].

Komentar

Tinggalkan Balasan Kamu