Sudah setahun sejak Greta Thunberg, remaja berusia 15 tahun duduk di luar Parlemen Swedia, dan menolak untuk pergi ke sekolah sampai para anggota parlemen tersebut sadar akan urgensi untuk bertindak mengatasi #KrisisIklim yang semakin hebat.

Climate Strike Jakarta

Sejak saat itu Greta telah menginspirasi gerakan global besar-besaran. Jutaan siswa dari seluruh penjuru dunia keluar dari sekolah mereka setiap hari Jumat,  memanggil para pemimpin dunia, dan hari ini 150 negara mengikuti aksi ini dan diikuti jutaan orang. Aksi ini ditengarai sebagai aksi terbesar yang pernah dilaksanakan di dunia untuk mengatasi krisis iklim.

Sebagai pemuda, kita harus bergerak, bersatu dan bangkit untuk menuntut para pengambil keputusan di seluruh dunia untuk bertanggung jawab dan menyelesaikan krisis ini.

Penting bagi kita untuk memperlakukan kondisi iklim saat ini sebagai krisis. Itu adalah ancaman terbesar dalam sejarah manusia. Kami tidak akan menerima kehidupan dalam ketakutan dan kehancuran. Kami memiliki hak untuk mewujudkan impian dan harapan kami. Krisis iklim sudah terjadi.

Di Jakarta, pawai iklim ini diikuti oleh lebih dari 50 komunitas dan jaringan yang menyuarakan pentingnya penanganan serius krisis iklim demi masa depan generasi mendatang. Aksi damai ini dipimpin oleh anak-anak muda yang memiliki kekhawatiran yang sama dengan Greta.

Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan dengan perubahan iklim dan cuaca ekstrem. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, Indonesia rentan mengalami dampak kenaikan tinggi muka air laut. Hal ini juga akan berdampak terhadap penghidupan warga Indonesia, di antaranya puluhan juta petani. Belum lagi kondisi yang rapuh ini diperparah dengan laju deforestasi dan kebakaran hutan tidak terkontrol yang menimbulkan bencana asap hebat, penggunaan energi batu bara berlebih yang meracuni udara, tanah dan laut kita. Ini adalah alarm bagi kita semua untuk bangkit dan saatnya untuk pukul mundur krisis iklim. 

Indonesia sendiri telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca nasionalnya sebesar 29 – 41% pada tahun 2030. Sebagaimana dinyatakan dalam NDC (2015), emisi Indonesia (63%) adalah hasil dari kebakaran hutan dan gambut, dengan pembakaran bahan bakar fosil menyumbang sekitar 19% dari total emisi. Kontribusi Indonesia dalam mengekang emisi dan mempertahankan bumi tidak memanas lebih dari 1,5 derajat sangat penting. Karenanya, krisis iklim harus ditangani sebagai program prioritas presiden terpilih.

Para peserta aksi ini mengusung tuntutan umum sebagai berikut:

  • Pemerintah mendengarkan para ilmuwan dan menyatakan darurat iklim
  • Pemerintah meningkatkan ambisi penurunan gas emisi rumah kaca semaksimal mungkin dan melaksanakannya dengan tegas, konsisten, dan segera

Aksi Jeda untuk Iklim ini tak hanya dilakukan di Jakarta, tetapi juga di 18 kota lainnya, yaitu Aceh, Samosir, Bengkulu, Pekanbaru, Palembang, Bandung, Cirebon, Cilegon, Garut, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Sidoarjo, Malang, Bali, Palangkaraya, Palu dan Kupang. Secara global, aksi mogok untuk iklim ini berlangsung di 150 negara dan diikuti jutaan orang. 

Kegiatan karnaval Jeda untuk Iklim ini didukung oleh komunitas-komunitas dan organisasi-organisasi dengan beragam latar belakang, di antaranya:

Enter Nusantara/ Akarumput.id/ SolarGenerationID/ I Love Energi Surya/ Bio Solar Farm/ Greenpeace/ BreakfreeID/ FNKSDA/ Pesantren Miskat Al Anwar/ Pondok Pesantren Attarbiyatul Wathoniyah (Patwa Mertapada)/ Konfederasi Serikat Nasional (KSN)/ BROPELA (Mapala Akademi Televisi Indonesia)/ Ranita (UIN Syarif Hidayatullah)/ Himpala Esa Unggul/ Sispala DKI Jakarta/ Sispala se-Bandung Raya/ Lintas Feminis Jakarta (JFDG)/ Sekolah Alam Indonesia/ Weekend Warrior Surfer/ We Make Change/ Climate Rangers/ 350.org Indonesia/ Amnesty Internasional Indonesia/  Youth for Climate Change Indonesia/ Youth Climate Strike.Id/ Indonesian Youth for SDGs/ Generasi Melek Politik/ Temu Kebangsaan Orang Muda / Inspirator Indonesia / Pamflet Indonesia / Going Green Jakarta/ Youth Coalition for Girls/ Extinction Rebellion Indonesia / Sekolah Erudio Indonesia / Youth Leader Climate Camp / Gerakan Peduli Difabel dan Lepra Indonesia / Hutan Itu Indonesia / Divers Clean Action / Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia / Fossil Free Jogjakarta / Perkumpulan Homeschool Indonesia / Komunitas Peace Makers Kupang/ Eduhouse.id/ Himpunan Mahasiswa Teknik Linkungan ITB / Departemen Lingkungan Hidup BEM Universitas Indonesia / UNICEF/ Coaction Indonesia / the Climate Reality Project Indonesia / Change.org / Yayasan Satu Dunia / Auriga/ Walhi Jakarta/ Gropesh / Synergia / Aliansi Remaja Independen / Kophi / Ocean Defenders/ Bentara Budaya/ Duta Lingkungan IPB / Earth Hour Jakarta/ Kelas Kelapa Dua / Sahabat Anak Bojong Indah/ Forum Osis sekolah se- Kecamatan Gunung Putri/ Plan International / Yayasan Perlindungan Insani / Dewan Pengurus Nasional Pemuda Agama Khonghucu Indonesia (DPN PAKIN) / Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia/    

Kontak media:

  • Satrio Swandiko, Jurukampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, +62 811-1701-504
  • Arkian Suryadharma, Jurukampanye Hutan Greenpeace Indonesia, +62 877-1135-6644
  • Azka Wafi El Hakim, Enter Nusantara, +62 8211-8436-250
  • Novita Indri, Climate Rangers Jakarta, +62 812-8879-2529
  • Alexandra Karyn, Pengajar Sekolah Erudio Indonesia, +62 818-0796-6199
  • Sisilia Nurmala Dewi, 350.org Indonesia, +62 821 1005 6308