Ketergantungan pada Plastik

Plastik sekali pakai menjadi sumber berbagai permasalahan lingkungan; timbunan sampah di TPA, kontaminasi ekosistem air, hingga polusi dari pembakaran sampah. Plastik yang sulit terurai hanya hancur menjadi partikel mikroplastik. Ketergantungan plastik harus segera dihentikan.

Tumpukan sampah plastik sekali pakai saat kegiatan Brand audit atau audit merek sampah plastik  di pinggiran pantai wisata  Loang Baloq, Mataram, NTB, Sabtu (29/10/2022).
Protest at Unilever's General Shareholders Meeting in Indonesia. © Dhemas Reviyanto / Greenpeace

Hambatan ke arah Perubahan Baik

Lemahnya regulasi yang melarang produksi dan konsumsi plastik sekali pakai, kurangnya inovasi produk alternatif, serta minimnya tekanan sosial telah menghambat upaya pengurangan plastik sekali pakai dan malah semakin mendukung industri untuk terus memproduksinya tanpa bertanggung jawab.

Saat ini, kontaminasi plastik dalam bentuk mikroplastik atau plastik yang berukuran sangat kecil (bahkan lebih kecil dari diameter rambut kita), telah ditemukan di ikan-ikan yang kita makan, air yang kita minum, udara yang kita hirup, bahkan di dalam plasenta bayi.

Apa yang kami lakukan

Kami menyoroti dan mendesak kontribusi produsen, korporasi, dan pemerintah dalam mempercepat upaya meminimalisir produksi dan konsumsi plastik sekali pakai. Hasil Audit Merek (Brand Audit) 5 tahun terakhir menuntut komitmen lebih lanjut kepada korporasi (selaku produsen) untuk mengurangi produksi plastik sekali pakai, membuka peta jalan pengurangan sampah, serta mendukung solusi peralihan dari kemasan sekali pakai menuju sistem guna ulang sebagai solusi.

Di samping itu, kita sebagai masyarakat juga perlu mengurangi ketergantungan terhadap produk sekali pakai dan memulai gaya hidup berkelanjutan.

Brand Audit at Loang Baloq Beach, Lombok. © Ahmad Subaidi / Greenpeace

Siniar Terkait

Isu-isu Lingkungan Lainnya