Surabaya, 28 November 2025 – Penggunaan plastik sekali pakai yang semakin masif kini tak lagi jadi masalah lingkungan semata, tapi juga jadi masalah bagi kesehatan masyarakat. Cemaran mikroplastik kini tak hanya ditemukan di air hujan, tapi sudah sampai ke dalam tubuh manusia yang bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan, termasuk menghambat fungsi otak.
Berdasarkan studi yang dilakukan Greenpeace Indonesia bersama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), mikroplastik kini bisa ditemukan di dalam urin, darah, hingga feses manusia. Studi yang dilakukan pada Januari 2023-Desember 2024 ini menemukan mikroplastik pada 95 persen sampel dari 67 partisipan. Jenis plastik PET (Polyethylene Terephthalate), yang biasa ditemukan di kemasan plastik sekali pakai seperti botol air minum dalam kemasan (AMDK), adalah jenis mikroplastik yang paling banyak mengontaminasi tubuh partisipan dengan total 204 partikel terdeteksi.

Ahli Saraf FKUI dr. Pukovisa Prawirohardjo, SP.S(K)., Ph.D. mengatakan, hasil studi kolaborasi yang tengah dilakukan peer review ini menemukan bahwa partisipan dengan pola konsumsi plastik sekali pakai yang tinggi memiliki risiko mengalami penurunan fungsi kognitif hingga 36 kali lipat. Fungsi kognitif partisipan dianalisis menggunakan Montreal Cognitive Assessment Indonesia (MoCA-Ina) dan dilakukan bersama tim dokter dari Divisi Neurobehavior Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM).
“Dari hasil penelitian tersebut, kami menemukan hubungan yang berarti antara fungsi kognitif dengan paparan mikroplastik. Gangguan fungsi kognitif yang dialami partisipan penelitian mencakup diantaranya pengaruh pada kemampuan berpikir, mengingat, dan mengambil keputusan,” ujar Afifah Rahmi Andini, Peneliti Plastik Greenpeace Indonesia dalam acara diskusi Invisible Threat of Microplastics bersama Lembaga Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) dan SDGs Center Universitas Airlangga (Unair).
Gabriella Amanda, SDGs Ambassador Universitas Airlangga mengatakan, diskusi Invisible Threat of Microplastics juga jadi momentum penting bagi mahasiswa dan generasi muda untuk menyadari bahaya mikroplastik yang semakin nyata dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, kegiatan ini mengajak generasi muda untuk tidak berhenti pada kesadaran semata, melainkan bergerak aktif dalam kampanye pengurangan plastik sekali pakai, dan mendorong budaya guna ulang.
“Semangat generasi muda menjadi kunci. Dengan kreativitas, energi, dan keberanian mereka, pesan tentang bahaya mikroplastik dapat menjangkau masyarakat luas,” kata Gabriella.
Selain diskusi, para pengunjung juga diajak untuk melakukan eksperimen untuk mengetahui seberapa luas mikroplastik mencemari lingkungan, pakaian, hingga makanan melalui uji coba Citizen Science. Menurut Rafika Aprilianti, Kepala Laboratorium Ecoton, para pengunjung diminta mengumpulkan 1–2 liter air hujan dari lingkungan tempat tinggal mereka untuk dianalisis.

“Peserta diajak membawa berbagai sampel dari rumah, seperti air minum, makanan, hingga swab kulit yang kemudian akan diperiksa menggunakan mikroskop. Upaya ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana mikroplastik telah masuk ke dalam aktivitas dan kehidupan kita sehari-hari.” ujarnya.
Riset Jaringan Gen Z Jatim Tolak Plastik Sekali Pakai (Jejak), Komunitas Growgreen, River Warrior, dan Ecoton menemukan mikroplastik di dalam air hujan di Surabaya dengan tingkat pencemaran yang cukup tinggi, terutama di kawasan padat aktivitas dan dekat titik pembakaran sampah. Kontaminasi mikroplastik dalam air hujan tertinggi di Surabaya ditemukan di wilayah Pakis Gelora yang mencapai 356 partikel per liter, disusul wilayah Tanjung Perak dengan 209 partikel per liter. Jenis polimer yang paling banyak terdeteksi berasal dari gesekan ban kendaraan serta serpihan botol plastik sekali pakai.
Tingginya pencemaran mikroplastik mencerminkan tingginya penggunaan plastik sekali pakai, baik secara lokal, nasional, maupun global. Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), terdapat total 660.947 ton sampah di tahun 2024 di Surabaya. Sekitar 22 persen dari total sampah di Surabaya merupakan sampah plastik. Jumlah ini jauh di atas komposisi sampah plastik nasional sebesar 19,78 persen dari total sampah di tahun lalu.
Di tingkat global, konsumsi plastik yang terus meningkat ikut menambah masalah sampah plastik di Bumi. Laporan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang bertajuk Policy Scenarios for Eliminating Plastic Pollution by 2040 menemukan adanya peningkatan sampah plastik di seluruh dunia hingga lebih dari dua kali lipat, dari 213 juta ton menjadi 460 juta ton sepanjang tahun 2000 sampai 2019.

Juru Kampanye Zero Waste Greenpeace Indonesia Ibar F. Akbar mengatakan, perlu ada langkah konkret dari pemerintah dan produsen untuk mengurangi kontaminasi mikroplastik dalam lingkungan yang memiliki dampak buruk ke kesehatan manusia.
“Pemerintah perlu memperbaiki sistem pengelolaan sampah berbasis pemilahan, mempercepat dan memperluas larangan plastik sekali pakai, melarang mikroplastik primer, serta mendorong transisi ke sistem kemasan guna ulang (reuse) untuk mengurangi pencemaran dan dampak lingkungan,” ujarnya. Ia menambahkan, pemerintah juga perlu menetapkan standar pengujian mikroplastik yang ketat serta ambang batas kontaminasi dalam produk pangan dan lingkungan.
Di sisi lain, produsen juga perlu mengurangi produksi dan distribusi plastik sekali pakai secara signifikan sebagai bentuk tanggung jawab mereka untuk mengelola sampah plastik yang telah mereka produksi.
“Produsen harus segera beralih ke sistem kemasan guna ulang (reuse) dan isi ulang (refill). Produsen juga perlu meningkatkan transparansi komposisi plastik dalam produknya, serta membuat peta jalan pengurangan sampah,” kata Ibar.
Baca laporan lengkapnya di sini: Mikroplastik: Ancaman Tak Kasat Mata yang Dapat Menghambat Fungsi Otak
Kontak media:
Ibar F. Akbar, Juru Kampanye Plastik Greenpeace Indonesia, +62 812-2572-3998
Riska Rahman, Communication Specialist Greenpeace Indonesia, +62 821-1456-2039
Rafika Aprilianti, Kepala Laboratorium ECOTON Foundation, +62 821-4454-1774
Saharani Buamonabot, SDGs Universitas Airlangga, +62 812-4918-8112


