Ancaman bagi Kehidupan
Meningkatnya kasus bencana banjir, longsor, kekeringan, dan karhutla merupakan dampak perubahan iklim ekstrim dari aktivitas manusia yang mengesampingkan lingkungan. Selain bencana alam, krisis iklim menyebabkan inflansi pagan dan merugikan kelompok buruh, anak-anak dan perempuan.


Masalah Krisis Iklim
Perubahan iklim menjadi ancaman serius yang dapat mengganggu produktivitas pertanian dan memperburuk krisis pangan di masa depan. Ancaman tersebut terbukti dengan terjadinya penurunan luas panen 2,45 persen dan penurunan produksi padi 2,05 selama periode 2023. Krisis iklim juga memicu lonjakan kasus karhutla, meningkat 55% di Q1 2024 dibandingkan Q1 2023. Sedangkan kasus bencana banjir, berdasarkan data periode 1 Jan-1 Ags 2024, kasus bencana banjir sudah mencapai 60% dari periode 2023.
Bukan hanya kasus bencana alam, dampak perubahan iklim juga memperparah ketidakadilan sosial. Kaum buruh, terutama mereka yang bekerja di sektor informal, menjadi yang paling rentan terkena dampak krisis iklim. Perempuan dan anak-anak pun menjadi korban, melalui peningkatan risiko bencana, kelangkaan pangan, dan beban kerja yang bertambah.
Apa yang Greenpeace Lakukan
Manusia sebagai penyumbang utama krisis iklim, tentunya memiliki tanggung jawab untuk mengambil tindakan nyata dalam mengatasi perubahan iklim. Alih-alih terus berinvestasi pada energi kotor, kita butuh keseriusan pemerintah dengan sektor swasta untuk berkomitmen dalam mengatasi perubahan iklim yang terus merusak lingkungan dan merugikan manusia, ekonomi, dan mahluk hidup lainnya.
Bersama Greenpeace, mari bersama-sama kita dorong pemerintah dan sektor swasta untuk berkomitmen dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan, serta lebih aktif mendukung transisi menuju energi bersih agar Indonesia bisa segera beralih dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, air, dan biomassa.
